Memang benar bahwa laut merupakan masa depan bangsa Indonesia, apalagi bagi saya yang telah bertugas selama sekitar 26-tahun diberbagai tipe kapal perang (KRI) dan menyandang banyak jam berlayar, pasti menyadari laut kita itu kaya akan potensi ikan, biota laut, terumbu karang. Wilayah yurisdiksi Indonesia yang merupakan posisi silang, berperan amat strategis karena diapit dua lautan dan dua benua secara otomatis berstatus sebagai Poros Maritim Dunia, menjadi lintasan penting bagi banyak kapal/pesawat terbang dunia. Memanfaatkan Posisi Silang sebagai Poros Maritim Dunia akan memberi keuntungan bagi bangsa Indonesia, jika pemberdayaan dan pemanfaatan lokasi strategisnya dikelola menjadi semacam “Toko-Nusantara”.Di pelabuhan-pelabuhan laut berstandard internasional, Toko-Nusantara berperan sebagai etalase perdagangan, sehingga terjadi transaksi jual beli produk, yaitu: Indonesia menjual dan dunia membeli, dunia menjual dan Indonesia membeli. Sebaliknya di-geographi laut yurisdikasi Indonesia mungkin berubah menjadi “kawasan/arena konflik” oleh para pengguna laut yang tidak bertanggungjawab yang kerap sekali melintas bila tidak dijaga dengan kekuatan laut (sea power) yang prima. Contoh; saat terjadinya konflik Perang Teluk (Gulf War sekitar tahun 1993 diteluk Persia) terdapat sejumlah kapal induk USA dan kapal kapal escort nya yang berada dalam jajaran Armada VII melintasi laut yurisdiksi kita. Bisa dibayangkan, jika ada Gugus Tempur Laut lainnya mencegat, pasti malapetaka akan terjadi dilaut kita.Oleh sebab itu laut Indonesia haruslah dikendalikan (manage) dan dijaga dengan kekuatan laut yang prima agar Indonesia mendapat manfaat dan mencegah konflik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.Didalam buku “Laut, Masa Depan Indonesia” yang ditulis oleh Bonar Simangunsong, nyatanya telah mampu menggambarkan fenomena tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa kita dimasa depan dan sekaligus menjaga laut kita dengan kekuatan laut (sea power) yang dibutuhkan.